Barangkali.

Aku baru dari masa lalu,
Mengemasi sabar yang kau ajarkan dulu,
Membakar sisanya hingga menjadi abu,
Berlabu menuju cerita baru yang bukan kamu.

Berulang kali dihempas dan terekatkan lagi,
Hati, seburuk dan selebam apapun kondisinya,
Ia akan tetap yang mencintaimu tanpa henti.

Barangkali, suatu hari nanti gunung akan punya kaki,
Lalu ia akan berberlari.
Sementara yang selama ini mengejarnya, lelah.

Lalu ia akan berhenti.

Menyedihkan sebenarnya..
Mengenang seorang yang tak pernah benar-benar ada,
Menghadiahi kita luka,
Tapi tak mengajari kita lupa.

Kita umpamakan hati adalah sebuah arisan.
Namamu sudah ratusan kali keluar sebagai pemenang.

Ada yang tak berhenti kutuang,
Doa, dalam setiap sisa-sisa cerita yang kau sesap lalu kau buang.

Tidak ada yang salah dengan penantian.
Akan jadi salah, jika yang memulai penantian tidak tahu kapan waktunya untuk menghentikan.

Yang menang bukan yang lebih dulu pergi, bukan pula yang melepaskan. Tapi yang lebih dulu memaafkan, dan memperoleh kelegaan hati.

Yang hanya menjejak tepian, jelas tak mengetahui sebanyak yang menempati sebuah lingkaran.

...bahkan mengetahui bahwa suatu hal tidak baik adalah hal baik.




Comments

Post a Comment

Popular Posts