Nada terakhir.

Apa memang harus kita pilih jalan sendiri-sendiri begini?
Kau akan kemana?
Aku bagaimana?

Kau tak benar-benar membutuhkanku. Jalanmu terang meski tanpa nyala lampu, sebab masih kau pancarkan cahayamu sendiri. Dari lubuk, dari dalam yang pernah di sana aku bersinggah. Sudah berakhirkah kita? Habis sudah?

Batinku remuk, sayang.
Mana tahu aku kalau ternyata sampai di sini harus kuletakkan nada terakhir. Belum sempat ku ikat kurung senandung, ingin ku semat tiap notasinya pada ikal rambutmu. Namun dadaku dan relungku, bisu.

Kau tahu aku mencintaimu. Aku tahu kau mencintaiku walau hanya pada awalan yang kita iya-kan bersama. Sungguh pelik perkara delik waktu menggaris ketentuan yang tak pernah bisa kita telisik.

Iya, aku mencintaimu.
Dari titik mana sebaiknya kita saling benci?

Aku mencintaimu.
Iya, aku mencintaimu.

Dari titik mana sebaiknya kita saling meninggalkan?
Tidak ada.

Dari titik mana sebaiknya kita saling melupakan?
Dari titik mana sebaiknya kita selesai mempertanyakan masa depan yang tak pernah ditakdiri untuk ada?



......
Aku mencintaimu.

Comments

Popular Posts