"Selamat Sendiri"

"Selamat Sendiri" - katamu di depan pintu setelah hujan.
Sejak itu aku tahu, kau takkan kembali dan pintu pun menghilang.
Aku pernah menangis terisak dalam kegelapan.
Tiada seseorangpun yang tahu selain Tuhan.

Tidak. Aku bukan menangis. Aku hanya sedang membasuh lukamu yang amis. Langit mendekap senja begitu erat di sudut barat. Mungkin aku tak cukup mampu perihal melupakan kita. Namun, menjadi lebih baik setelah kita tinggallah sebuah kata, aku masih sangat ma(mp)u. Siapalah aku, hanya satu dari sekian banyak mimpi-mimpi yang kau jagal. Langkah terseok dari asa-asa yang kau jegal.

Ini hanya soal, pertemuan diantara pergelangan Tuhan, yang tergenggami serupa takdir. Bukan lebih kepada tujuan, tetapi pada ketetapan. Mulai berajak selangah, walaupun jalan masih pincang. 

Mungkin, masih tentang seseorang yang kemarin senja melepaskan jeratan dan meninggalkan lebaman cengkraman yang nyata. Barangkali, kepergian tak selamanya berarti ingin benar-benar lepas, mungkin hanya sedang belajar tentang sebuah ikhlas.

Setidaknya tau, berada dalam kejatuhan paling dalam saat mencoba 'lagi'.
Ini, yang terparah.


Comments

Popular Posts