Gaduh!

Mengapa takut berbagi, waktu?
Padahal aku lebih takut menuntutmu.
Kau pun tak paham sampai kapan punya detak,
Kita sama; fana.

Hujan bukan perkara basah,
Dinginnya hujan mengalihkan rindu yang ingin merebah.
Dan kamu, sama seperti hujan,
Hujan sesaat di musim kemarau,
Hujan yang datang tanpa mendung, dan pergi tanpa genangan.
Memahamimu pun lebih sulit daripada membaca tulisan tanpa tanda baca.

Kau tahu?
Rindu malam ini terlalu riuh sehingga membuat gaduh.
Seperti tak tersapa, seolah bulan pun enggan menyapa.
Rindu juga menyeruak di pantai, sepanjang saat senja menanti malam.
Geloranya tak padam, meski ku pendam diam-diam.

Ada hal-hal yang terlihat bagus malah ketika berjarak.
Sama seperti mencintai,
Mencintai seperti menanam kawat duri di organ paling sakral
Cabut perih,
Didiami pun malah memperpanjang pedih
Akhirnya memaksa agar terbias untuk yang kesekian kali.

Setiap hari, kulepaskan rindu berlayar,
Setiap malam pula, tak satu pertemuanpun dibawanya bersandar.
Dan aku masih diruang baca, membolak balik halaman-halaman lusuh berisi riwayat kita berdua.

Bila kelak kita lelah oleh kata-kata,
Semoga berpelukan tetaplah menjadi cara kita untuk berbicara.



Comments

Popular Posts