Tanah bersumpah, hujan dan kamu.

Aku, pekerja ulung yang kerap bersembunyi di balik jeruji bulu matamu. Mati-matian menahan kristal bening, agar bahagiamu hidup menahun.

Dulu, pernah kau sematkan kristal bening di sudut senyumku yang kau bilang sebagai pemanis; lalu ia mengendap menuju mata sebagai tangis.

Ratusan hari yang lalu; jemari kembali bersela, dada mulai belajar memberi rela.

Banyak yang ingin menghapus tangis di bawah hujan. lalu lupa, sebelum sampai mata, ia lebih dulu menghunus kepala—juga ingatan di dalamnya. Adakah yang lebih setia dari air mata? Tak kenal suka ataupun luka, ia ada.

Banyak getir yang tak sengaja tertelan, dalam rasa yang tertekan. Tanah bersumpah. Setinggi apapun langit menjulang di atas sana, ia pasti akan bersimpuh melalui hujan.




Comments

Popular Posts